CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sabtu, 09 Januari 2010

MACABRE VERSI INDONESIA 'RUMAH DARA'


RUMAH DARA (Indonesian title)
MACABRE (International title)
DARAH (Singapore title)

22 Januari 2010
di Blitzmegaplex dan 21Cineplex

Starring:
Julie Estelle, Shareefa Daanish, Michael Lucock, Ario Bayu, Sigi Wimala, Imelda Therine, Arifin Putra, Daniel Mananta, Dendi Subangil, Ruli Lubis, Aming

Screenplay By:MO Brothers
Directed By: MO Brothers
Produced By: Delon Tio (Nation Pictures and Merah Production)
Genre: Action Survival Thriller
Studio: The Mo's and Nation Pictures

Bagi Anda yang sudah menonton film pendek DARA dalam Takut (Faces of Fear) mungkin langsung bisa mengenali film MACABRE (atau yang belakangan berubah judul menjadi RUMAH DARA) ini. Ya, Macabre/Rumah Dara adalah versi panjang dari DARA, arahan The Mo Brothers. Film ini berkisah tentang perjalanan enam orang teman lama, yang tanpa sengaja membawa mereka ke sebuah pengalaman yang mencekam, sadis, dan membahayakan jiwa mereka.

Walaupun tidak memberikan formula baru untuk genre serupa, film ini sudah dinanti-nanti para penggemar film slasher Indonesia sejak lama. Genre yang cukup asing di dunia perfilman tanah air, dan jarang (bahkan hampir tidak pernah) digarap oleh sineas-sineas Indonesia lainnya. Selain menarik minat penonton tanah air, film ini juga sangat menarik minat dunia internasional. Overlook Entertainment bahkan sudah mengambil hak distribusi untuk wilayah Eropa dan Amerika. Sementara Five Star Entertainment nya Thailand mengambil hak distribusi wilayah Asia.

Sebelum beredar di tanah air, film ini pun telah ‘melanglang buana’ ke beberapa festival-festival berskala internasional, seperti Puchon International Fantastic Film Festival (PiFan 2009), di mana Shareefa Danish menyabet penghargaan sebagai Best Actress untuk film ini. Selain PiFan, Macabre/Rumah Dara juga sedang diputar di festival lainnya, seperti Fantastic Fest 2009 di L.A, USA dan Fantastic Film Festival Germany 2009.

The Mo Brothers, sutradara yang memang memiliki passion tersendiri terhadap dunia slasher ini sebelumnya juga sudah pernah membesut film “SENDIRI (ALONE)” sewaktu mereka masih berada di Australia.

Liputan Press Conference Rumah Dara 21 Desember 2009 di blitzmegaplex
oleh: James Potter

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1413525


“Rumah Dara sebuah thriller lokal yang memiliki selera internasional.. salah satu tayangan lokal yang paling ditunggu oleh penikmat thriller di sini.” - SUARA PEMBARUAN

Macabre adalah obat penenang bagi yang sakit jiwa, jika dosisnya terlalu banyak, maka sang pasien akan menjerit-jerit histeris dan lompat dari bangku penonton.” - FLICKMAGAZINE.NET

Layaknya roller coaster, di mana intensitas ketegangan bertambah seiring bertambah tingginya tanjakan.. betul-betul membuat penonton berteriak di titik puncak hingga mengakhiri perjalanannya. - Kania Kismadi, KASKUS.COM

Menonton film ini merupakan rasa stres saya yang paling NIKMAT untuk tahun ini. - Arian13, SERINGAI

Menonton film ini seakan-akan Darah muncrat ke wajah penonton, mengerikan sekaligus mengasyikan!! Total teror! - Joko Anwar, FILMMAKER

“A horror film that rejoices in cheeky excess… Shareefa Daanish spellbinding presence pulls all eyes to her like a magnet.” - THE HOLLYWOOD REPORTER

A fresh meat for the gorehounds! Shareefa Daanish is aces and Arifin Putra is creepy. - VARIETY

“Bodies are chainsawed, shot, stabbed, decapitated, limbs broken, necks broken, arrows shot through flesh - it’s an absolute bloodbath!! ..unashamed, in-your-face tour-de-force of butchery.” - DREADCENTRAL.COM

“Macabre may put the Southeast Asian nation on some gore hounds' maps, it blends some whip-smart commentary in with the chainsaw mutilations.” - AUSTIN CHRONICLE

“Shareefa daanish in an absolutely flawless performance… it cements her as one of the icons of international fright cinema.” - HITFIX.COM

“Indonesia joins the game of brutal bare knuckle horror filmmaking..The Indonesian Chainsaw Massacre! a glorious GRINDHOUSE - KRACKMONSTER.COM

“This is indeed a recipe for a near perfect horror movie, an incredibly well made film!” - FANOMENONLEEDS.COM

“Macabre is a surprisingly good romp through old-school genre conventions that leaves no gorehound unsatisfied.” - BRUTALASHELL.COM

“The Mo Brothers (not their real names) do a commendable job establishing the characters quickly without delaying the jump-start of the plot through useless dialogue, making them distinct through an admirable economy of effort. We are given reason to actually give a damn about these characters.” - FILMSCHOOLREJECTS.COM

“In their first feature, the self-styled "Mo Brothers" (not related) show a natural feel for genre rules that makes this fresh meat for gorehounds.” - VARIETY

“Macabre is one hell of a debut movie, deserving an encouraging 8.5” - QUIETEARTH.US

“On the whole, Macabre is a pure, unadulterated gore-fest that becomes hugely entertaining when the butchering begins. It's just before and after this that the pace slackens slightly” - NG MAGAZINE

SEJARAH PERKEMBANGAN MAJALAH

Sejarah singkat Perkembangan Majalah


Dunia cetak-mencetak mulai mengalami kemajuan tak henti-henti sejak dikembangannya mesin cetak oleh Johannes Guttenberg tahun 1455. Mesin cetak ini merupakan yang pertama kalinya di Eropa yang menggunakan cetak logam yang dapat digerakkan (movable metal type). Secara dramatis, penemuan ini meningkatkan kecepatan produksi barang cetakan, termasuk buku dan majalah. Mesin cetak juga mengurangi waktu yang digunakan dalam produksi buku dan majalah sebelumnya.

Majalah yang paling awal adalah Erbauliche Monaths – Unterredungen (1663–1668) diterbitkanolhJohannRist,seorang teolog dan penyair dari Hamburg, Jerman.
Bentukan iklan buku dikenalkan sejak tahun 1650, berupa feature yang muncul secara reguler dan kadang diberi ulasan. Katalog-katalog reguler terbit, seperti Mercurius Librarius atau A Catalogue of Books (1668-1670). Tetapi, selama abad 17 terbitan semacam itu rata-rata berumur pendek.
Jenis majalah yang lebih ringan isinya, atau berkala hiburan, pertama kali terbit pada 1672, yaitu Le Mercure Galant, didirikan oleh seorang penulis, Jean Donneau de Vice. Isinya: kisah-kisah kehidupan, anekdot, dan mutiara hikmah.

Di awal terbitannya, berbagai majalah didesain hanya untuk kalangan terbatas. Penerbitnya lebih suka disebut pengelola”quality” magazines. Sejak 1830-an, bermunculan majalah-majalah berharga murah, yang ditujukan kepada publik yang lebih luas. Awalnya berbagai majalah ini menyajikan mater-materi yang bersifat meningkatkan, mencerahkan, dan menghibur keluarga. Tapi, pada akhir abad 18 berkembang majalah-majalah populer yang semata-mata menyajikan hiburan. Di Inggris, Charles Knight menjadi pelopor majalah jenis baru ini. Ia menerbitkan mingguan Penny Magazine (1832 – 1846) dan Penny Cyclopedia (1833 – 1858). Di samping majalah populer, muncul pula berbagai penerbitan majalah serially yang dipenuhi dengan gambar-gambar ilustrasi. Di AS, sampai tahun 1850, perkembangan itu tidak ditemukan. Yang tercatat mengmbangkan penerbitan berskala nasional jangkauan oplahnya yaitu Saturday Evening Post (1821 – 1869) dan Youth Companion (1827 – 1929).

Pada seperempat akhir abad 19, penerbitan majalah mengalami peningkatan pasar. Masyarakat mendapat limpahan informasi dan hiburan. George Newness menyalurkan hobinya yang berawal dari kesukaannya menggunting paragraf-paragraf, pada 1881, dengan menerbitkan Tit-Bits yang terbit secara periodik, dan menyebar secara meluasmelintasi batas negara. Hal tersebut diikuti oleh the Strand yang menjadi populer karena kisah-kisah Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle.

Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa khususnya Inggris, dan di benua Amerika diwakili oleh Amerika Serikat. Di Amerika, tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah (the age of magazines). Majalah yang paling pouler saat itu adalah Saturday Evening Post yang terbit tahun 1821, dan Nort American Review.


Perubahan besar dalam industri majalah terjadi pada tahun 1890-an, ketika S.S. McClure, Frank Musey, Cyrus Curtis, dan sejumlah penerbit lain mulai mengubah industri penerbitan majalah secara revolusioner. Mereka melihat adanya ratusan ribu calon pelanggan yang belum terlayani oleh majalah yang ada. Mereka juga melihat bahwa iklan akan memainkan peranan penting dalam perekonomian AS. Maka, para tokoh ini menciptakan majalah yang isinya sesuai dengan selera dan kepentingan orang banyak. Munsey’s dan McClure’s mulai menyajikan liputan olahraga di Harvard yang disusul dengan artikel olahraga umum, tulisan tentang perang, lagu-lagu populer, para pesohor (selebritis), dan sebagainya. Curtis lalu menerbitkan majalah khusus kaum ibu, Ladies’ Home Journal, yang kemudian menjadi majalah pertama yang mencapai tiras 1 juta. Majalah-majalah khusus seni dan arsitektur, kesehatan, dan sebagainya segera ikut bermunculan. Terjadilah fenomena yang disebut dengan popularisasi dan segmentasi isi.

Para penerbit majalah juga berusaha menekan harga agar bisa terjangkau oleh orang kebanyakan. Pada tahun 1893, Frank Munsey menjual Munsey’s seharga 10 sen, jauh lebih murah daripada majalah lain. Iklan menjadi kian penting daripada harga majalah. Curtis kemudian bahkan menurunkan harga majalahnya menjadi 5 sen, lebih murah daripada harga kertas majalahnya sendiri. Isi populer dan harga murah itu sukses menjaring banyak pembeli, sehingga pengiklan pun tertarik. Kerugian akibat harga yang lebih murah daripada biaya produksi ditutup oleh penghasilan dari iklan. Redistribusi pendapatan memunculkan kelas menengah yang daya belinya lebih baik, dan mereka merupakan pasar potensial aneka produk massal yang dapat dijaring melalui iklan di majalah. Hal ini juga mendorong penerbit untuk berusaha membidik pembeli yang homogen guna memudahkan segmentasi iklan.

Dulu, untuk mempercepat reproduksi majalah mempekerjakan banyak seniman yang masing-masing membuat sebagian gambar yang lalu disatukan sebelum digunakan sebagai materi cetakan. Teknik cetak foto modern jelas serba lebih mudah. Pengiriman foto juga gampang dilakukan sejak adanya kamera saku dan jasa pencetakan dan pengiriman foto kilat sejak 1935. Jika sebelumnya produk bacaan (cetak) dan aksesnya hanya tersedia bagi kalangan tertentu, maka belakangan produk-produk tersebut dapat diproduksi lebih banyak dan menyebar ke pembaca yang lebih luas. Terbitan koran dan majalah juga termasuk yang harus berusaha keras menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi baru ini. Banyak majalah raksasa yang tertekan, Tidak sedikit mingguan atau bulanan yang sudah puluhan tahun terbit dan berjangkauan luas akhirnya terpaksa tutup.

Majalah yang mampu bertahan umumnya yang bersifat khusus, seperti majalah khusus wisata (Sunset), olahraga (Sport Illustrated), hobi perahu layar (Yachting), penggemar acara televisi (TV Guide), atau berita-berita ilmiah (Scientific American). Majalah-majalah yang meliput segala hal (pusparagam) seperti Collier’s dan Saturday Evening Post, sudah bukan zamannya lagi, bahkan juga bagi yang awalnya begitu terkenal seperti Life dan Look. Sekarang adalah zaman majalah-majalah khusus.


Tokoh Pelopor Majalah yang Dianggap Sukses

Penelusuran sejarah perkembangan media massa takkan lepas dari tokoh atau figur yang memprakarsai atau menerbitkan media massa tersebut. Hal itu terbukti pada catatan-catatan sejarah mengenai majalah. Seorang tokoh melekat dengan media terbitannya. Berikut beberapa tokoh yang tercatat oleh sejarah telah sukses menerbitkan majalah yang menjadi tonggak perkembangan salah satu media cetak ini.
1. Daniel Defoe
Pada tahun 1704, di Inggris, terbit Review, majalah yang berisi berita, artikel, kebijakan nasional, aspek moral, dan lain-lain. Bentuknya adalah antara majalah dan surat kabar, ukuran halaman kecil, serta terbit tiga kali satu minggu. Defoe bertindak sebagai pemilik, penerbit, editor, sekaligus sebagai penulisnya.
2. Benjamin Franklin
Dialah yang telah mempelopori penerbitan majalah di Amerika. Pada tahun 1740, dia menerbitkan General Magazine dan Historical Chronicle.
3. Richard Steele
The Tatler ia buat pada tahun 1790, selanjutnya The Spectator ia terbitkan bersama Joseph Addison. Majalah tersebut berisi masalah politik, berita-berita internasional, tulisan yang mengandung unsur-unsur moral, berita-berita hiburan tentang teater dan gosip.
4. Dewitt Wallace dan Lila
Saat masih berusia 20 tahun, sepasang suami istri ini telah mampu menerbitkan sebuah majalah pada tahun 1922, Reader’s Digest. Pada pertengahan abad 20, majalah ini merupakan majalah tersukses. Pada tahun 1973, Reader’s Digest untuk di Amerika saja, dapat mencapai pelanggan sebanyak 18 juta pembaca, belum termasuk pembacanya di dunia.
5. Henry Luce
Lulusan Yale University ini, bersama Briton Hadden menerbitkan majalah Time. Ia terdorong oleh keberhasilan Reader’s Digest. Tak hanya itu, ia pun menerbitkan Fortune, Sport Illutrated, dan Life. Majalah yang disebutkan terakhir merupakan majalah berita yang banyak mengandung foto. Foto-foto tersebut berfungsi sebagai alat informasi, menghibur, dan memengaruhi.
6. Hugh Hefner
Dia menerbitkan majalah Playboy pada tahun 1953. Majalah bagi pria dewasa ini adalah salah satu majalah yang sukses. Pada tahun 1970-an, sirkulasinya mencapai enam juta eksemplar.


SEJARAH PERKEMBANGAN MAJALAH DI INDONESIA

Sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada massa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto dengan prakarsa dari Ki Hadjar Dewantoro, sedang di Ternate pada bulan oktober 1945 Arnold Monoutu dan dr. Hassan Missouri menerbitkan majalah mingguan Menara Merdeka yang memuat berita-berita yang disiarkan radio republic Indonesia. Di kediri terbit majalah berbahasa Jawa Djojobojo, pimpinan Tadjib Ermadi. Para anggota Ikatan Pelajar Indonesia di Blitar menerbitkan majalah berbahasa jawa, Obor (Suluh).

  • Awal Kemerdekaan

Soemanang, SH yang menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Semuanya terbit dengan satu tujuan, yakni menghancurkan sisa-sisa kekuasaan belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakayat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat.

  • Zaman orde lama

Pada masa ini, perkembangan majalah tidak begitu baik, kaena relatif sedikit majalah yang terbit. Sejarah mencatat majalah Star Weekly, serta majalah mingguan yang terbit di Bogor bernama Gledek, namun hanya berumur beberapa bulan saja.

  • Zaman orde baru

Awal orde baru, banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya, diantaranya di Jakarta terbit majalah Selecta pimpinan Sjamsudin Lubis, majalah sastra Horison pimpinan Mochtar Lubis, Panji Masyarakat dan majalah Kiblat. Hal ini terjadi sejalan dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang makin baik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang makin maju.

Kategorisasi majalah yang terbit pada masa orde baru, yakni :

1) Majalah berita : Tempo, Gatra, Sinar, Tiras

2) Majalah keluarga : Ayahbunda, Famili

3) Majalah wanita : Femina, Kartini, Sarinah

4) Majalah pria : Matra

5) Majalah remaja wanita : Gadis, Kawanku

6) Majalah remaja pria : Hai

7) Majalah anak-anak : Bobo, Ganesha, Aku Anak Saleh

8)Majalah ilmiah popular : Prisma

9) Majalah umum : Intisari, Warnasari

10) Majalah hukum : Forum Keadilan

11) Majalah pertanian : Trubus

12) Majalah humor : Humor

13) Majalah olahraga : Sportif, Raket

14) Majalah berbahasa daerah : Mangle (Sunda, Bandung), Djaka Lodang (Jawa, Yogyakarta)